Rabu, 23 Desember 2009

CARA GILA JADI PENGUSAHA 6

Keberhasilan bisnis kita akan lebih sukses karena tindakan dan keputusan

strategis yang diambil oleh entrepreneur leader. Sebab, dalam

kepemimpinannya mereka lebih menekankan pada hubungan manusiawi,

sehingga orang-orang di bawahnya lebih termotivasi dan lebih mampu

menggunakan pemikiran dan wawasan kreatifnya.

Sebaliknya, boss tidak mampu menumbuhkan sikap semacam itu. Maka,

jadilah entrepreneur leader.

Pemimpin Bukan Manager

“Pemimpin itu selalu berpikir meloncat-loncat dan sering

membingungkan bawahannya”.

Melakukan hal-hal yang benar (doing the right things), berani menghadapi

resiko dan memiliki motivasi untuk selalu nomor satu. Ide-ide bisnisnya

orisinal, dan menaruh mata ke masa depan serta memiliki perspektif jauh ke

depan penuh kepercayaan diri. Itu salah satu profil seorang pemimpin.

Walaupun banyak yang menganggap pemimpin itu menyukai segala bentuk

macam tantangan, karena rasa optimis yang selalu dimilikinya. Cukup

menarik buat saya. Sebab pemimpin bukan hanya mampu menggerakan

orang lain, melainkan juga berani mengambil pola pikir yang tidak populer

sekalipun, mampu memberikan solusi, dan memiliki semangat untuk menjadi

yang selalu terdepan.

Teliti punya teliti, ternyata dalam menjalankan bisnis saat ini maupun masa

datang, memang seharusnya memiliki manager leader, manager yang punya

jiwa pemimpin.

Mengapa ?

Sebabnya adalah persaingan yang serba kompetitif, situasi bisnis yang

kompleks dan sulit diramalkan keberlangsungannya, sehingga sangat

dibutuhkan sosok manager seperti itu. Kalau tidak, kita akan kalah bersaing.

Akibatnya, bisnis kita yang kita jalankan akan sulit maju.

Ada pendapat pakar manajemen yang mengatakan, kalau pemimpin itu selalu

melakukan hal-hal yang benar, sementara manager hanya mampu

melakukan hal-hal dengan benar (doing the things right). Dimana, seorang

pemimpin di dalam melakukan hal-hal yang benar tidak terlalu CARA GILA JADI PENGUSAHA

_________________________________________________________________

Purdi E. Chandra

52

memperdulikan caranya. Itu tak terlalu penting baginya. Sebab, bagi seorang

pemimpin, hal-hal yang menyangkut urusan pelaksanaan idenya itu adalah

tugas manager.

Pemimpin selalu berpikir loncat-loncat, dan jangkauannya

seringkali panjang, bisa membingungkan bawahan untuk

mengikutinya.

Lain halnya dengan manager. Jangkauan ide atau gagasannya pendek, dan

wawasannya relatif kering. Kewajibannya adalah bagaimana melakukan

tugasnya dengan benar. Manager baru jalan setelah ada planning dulu,

sudah ada program kerja atau prototype-nya.

Wajar kalau ada yang berpendapat bahwa pada dasarnya Manager itu

tiruan, sementara pemimpin adalah orisinal. Itu mengingatkan, ide atau

gagasan seorang pemimpin tidak pakai planning. Responsibilitasnya memang

tidak setiap saat muncul. Bila ternyata ide-ide bisnisnya yang dijalankannya

itu nanti benar atau salah, urusan belakangan. Baginya yang terpenting telah

menemukan ide bisnis yang cemerlang.

Kita bisa juga lihat, bahwa manager dalam rangka mempertahankan proses

atau kontinuitas kerjanya cenderung menerima status quo. Statusnya ingin

aman-aman saja. Bahkan, kalau perlu menghindar dari resiko. Tapi

sebaliknya dengan pemimpin. Ia justru menentang status quo, dan lebih

berani menghadapi resiko.

Perbedaan lainnya, adalah seorang manager itu suka bertanya, bagaimana

dan kapan terhadap sesuatu hal. Sedangkan, pemimpin lebih suka bertanya,

apa dan mengapa. Selain itu, pemimpin lebih terkesan ingin menjadi

pribadinya sendiri, dan menguasai lingkungannya. Sementara, manager

adalah “tentara baik” yang klasik, dan menyerah kepada lingkungan.

Manager dalam menjalankan aktivitasnya juga sangat bergantung pada

pengawasan. Dia ingin selalu mengelola dan mempertahankan bisnis yang

sudah ada, serta lebih berfokus kepada sistem dan struktur.

Sementara, pemimpin lebih merupakan sosok yang justru mampu

membangkitkan kepercayaan bawahanya atau relasinya. Itu sebabnya,

mengapa fokus seorang pemimpin lebih kepada orang, dan bukan kepada

sistem atau struktur.

CARA GILA JADI PENGUSAHA

_________________________________________________________________

Purdi E. Chandra

53

Oleh karena itu, jika kita sekarang berada pada posisi manager, sebaiknya

tidak menafikan atau menghilangkan nuansa-nuansa atau jiwa

kepemimpinan. Agar segala keputusan yang diambil tidak kering, lebih

tenang dalam menjalankan bisnis, mampu mengantisipasi hal-hal yang tak

pasti, energik, antusias, memiliki integritas, tegas tapi adil, visi bisnisnya lebih

jelas, dan mampu memproyeksikan bisnis ke-masa depan.

“Dan”

Kita akan menjadi tangguh dan terdepan dalam prestasi, jika

kita bisa bersinergi

Siapa yang tak kenal dengan kelompok musik anak muda dari Jogja, Sheila

on 7 ?

Tentu, anda semua pernah mendengarkan lagu hitsnya yang berjudul

“DAN”. Konon, album pertamanya itu terjual lebih dari 1 juta keping. Kita

tentu, bangga dengan kesuksesan mereka.

Judul lagu “Dan” itu cukup menarik buat saya. Namun, “Dan” dalam

tulisan saya ini artinya sinergi. Sebab, yang saya ungkap kali ini

bukanlah asyiknya mendengarkan lagu “Dan”, namun bagaimana pentingnya

sebuah sinergi dalam dunia bisnis.

Kita yakin, kita bisa menjadi entrepreneur tangguh atau terdepan, bila kita

bisa bersinergi. Bekerjasama dengan pihak lain, demi kesuksesan bisnis kita.

Mungkin Anda bertanya, apa benar bersinergi itu menguntungkan kita ?

Sebab, tak sedikit kasus yang menunjukan bahwa bersinergi dengan orang

lain justru membuat bisnis kita sulit berkembang. Saya sudah menduga, pasti

pertanyaan Anda seperti itu.

Memang, tak selamanya bersinergi itu negatif. Tapi bisa sebaliknya,

bersinergi membuat bisnis kita maju dan kita mampu memanfaatkan peluang

bisnis. Konsep bisnis kita menjadi briliant, selama sinergi yang saya maksud

itu positif.

Teliti punya teliti, ternyata memang sinergi itu bisa negatif dan bisa positif.

Untuk kita menjadi terbaik, tentu kita harus mencari rekan bisnis yang positif.

Ini menunjukan, bahwa kita akan memiliki kekuatan potensi kuat dan mampu

meyakinkan prospek bisnis kita. CARA GILA JADI PENGUSAHA

_________________________________________________________________

Purdi E. Chandra

54

Dengan sinergi positif kita akan memiliki pemikiran jauh kedepan penuh

percaya diri, sehingga mampu mengantisipasi hal-hal yang tidak pasti.

Apalagi, dalam era global, dunia bisnis berputar cepat, terkadang tidak

rasional, tidak pasti, sehingga menghadapi hal itu kita memang harus

memiliki sinergi atau kekuatan kerjasama yang sangat tinggi.

Hal itu akan menjadikan kita menjadi entrepreneur yang selalu optimis atau

memiliki sense of optimism yang tinggi. Tapi juga bisa sebaliknya, bila

sinergi itu negatif, maka bisnis apapun yang kita jalankan tidak akan berhasil.

Keyakinan saya pun bertambah dengan pengalaman ini. Saya pernah diajak

bisnis pom bensin dengan teman pengusaha. Tapi setelah lewat proses

panjang, ternyata sulit terealisir. Saat itu saya belum yakin, apakah karena

itu sinerginya negative ?

Empat tahun kemudian saya ketemu lagi sama teman pengusaha tadi, yang

kini buka bisnis komputer. Dia mengajak saya lagi bisnis showroom atau jual

beli komputer. Rupanya, saya dan teman saya itu sama-sama belum percaya

bahwa sinergi kami negatif. Kami coba lagi, tapi gagal. Bisnis itu sampai kini

belum terealisir juga.

Contoh lain, artis Camelia Malik. Saat dia bersuami Reynold, pasangan ini

tidak cocok dan tidak dikaruniai anak. Tapi, setelah berpisah dan mereka

menemukan pasangan masingmasing, ternyata cocok dan dikaruniai anak.

Jadi ada sinergi positif.

Begitu juga hubungan sinergi antara owner dengan eksekutif. Bisa positif,

juga negatif. Namun, bagi kita yang percaya pada sinergi, jumlah satu

ditambah satu bunkan hanya dua. Bisa sepuluh, seratus, bahkan seribu.

Saya sendiri tidak meragukan hal ini. Tapi setidaknya, dengan kita memiliki

kecerdasan emosi optimal dan intuisi yang tajam, kita akan semakin pintar

memilih rekan bisnis yang bersinergi positif. Dan, tidak mustahil,

entrepreneur yang memiliki kemampuan tersebut akan sangat

menguntungkan bagi bisnis maupun kehidupannya.

Egaliter Itu Perlu

Emosi kita akan semakin cerdas, bila kita mau mengedepankan

hubungan yang humanis dan harmonis. CARA GILA JADI PENGUSAHA

_________________________________________________________________

Purdi E. Chandra

55

Teori kepemimpinan berdasarkan gen mengungkapkan, bahwa pada

dasarnya setiap orang itu sama. Begitu pula halnya, di dalam mendambakan

perhatian positif. Saya melihat salah satu upaya untuk mewujudkan hal itu

adalah jika kita berhasil menerapkan hubungan yang lebih mengedepankan

aspek hunanis dan harmonis dalam komunikasi antar level struktural atau

yang lebih dikenal dengan hubungan egaliter.

Hubungan semacam ini segi manfaatnya sangat besar, bila kita benar-benar

berhasil menerapkannya di perusahaan kita masing-masing. Hanya saja,

hubungan ini akan berjalan bila diawali dari pimpinannya.

Kita sebagai seorang wirausahawan atau entrepreneur yang juga adalah

seorang pemimpin, memang perlu memberikan suri tuladan terlebih dahulu

akan pentingnya hubungan egaliter ini pada lingkungan kerja kita, pada staf

kita. Sebab, hubungan egaliter itu akan membuat kita semakin paham pada

suatu bentuk komunikasi yang transparan dan jujur.

Begitu halnya dalam hubungan intra-personal. Dimana, hubungan antara

pemimpin dengan staf tak ada lagi jarak yang tajam. Namun, sikap saling

menghormati tetap terjaga.

Dampak positif lain dari hubungan egaliter itu adalah kita akan lebih dapat

meningkatkan kecerdasan emosional kita. Terutama pada hal yang berkaitan

dengan soal membina hubungan dengan orang lain, dan mengenali emosi

orang lain. Dengan begitu, kita akan lebih mudah menyeleraskan diri

(harmonizing) dengan orang lain.

Itu penting kaitannya dengan bisnis. Sebab, hubungan semacam ini akan

memungkinkan kita lebih memiliki rasa percaya diri yang kuat. Segala ide,

pemikiran dan gagasan bisnis kita juga akan semakin baik. Sehingga hal itu,

tidak mustahil akan membuat kita cenderung lebih kreatif, dan akhirnya kita

akan lebih produktif.

Begitupula halnya dengan semangat kita di dalam berwirausaha juga akan

semakin bergairah. Dan, sukses akan lebih mudah tercapai. Dengan begitu,

hubungan pimpinan dengan staf tidak harus melewati dulu birokrasi yang

berbelit-belit. Ruang kerja bisa kita buat sedemikian rupa, kalau perlu

terbuka, sehingga komunikasi dua arah (two way traffic communication)

antara pimpinan dengan staf akan lebih mudah tercipta.

Kita tentu mengerti, bahwa pimpinan dalam mengembangkan bisnisnya tak

bisa sendiri. Membutuhkan bantuan staf. Maka, sebaiknya, kita sebagai CARA GILA JADI PENGUSAHA

_________________________________________________________________

Purdi E. Chandra

56

seorang entrepreneur tak perlu ragu lagi menerapkan hubungan harmonis

semacam itu. Apalagi di saat sekarang ini, jelas tak hanya menuntut kita

piawai atau jeli di dalam melihat dan meraih peluang bisnis, tapi, kita juga

harus pintar pula menerapkan bentuk hubungan kerja yang harmonis. Tim

kerja di perusahaan kita akan semakin kompak dan solid.

Hubungan egaliter itu, juga perlu karena hubungan ini akan lebih

mengkondisikan kita untuk mau mendengarkan pendapat orang lain.

Keterpercayaan diri kita maupun staf juga kan tumbuh. Padahal kita tahu

bahwa keterpercayaan itu adalah faktor paling penting di balik setiap

tindakan kreatif.

Namun, kultur ini tak ada korelasinya bahwa yang pantas menerapkannya

adalah harus mereka yang memiliki intelektualitas tinggi. Justru yang

terpenting adalah bagaimana kita bisa memimpin. Memimpin adalah suatu

yang berkaitan dengan mengelola orang-orang yang pintar. Namun, itu

bukan berarti kita harus menjadi orang paling pintar atau profesional.

Memang, entrepreneur itu harus didampingi profesional, agar bisnisnya lebih

berkembang. Sebab cara berpikirnya seringkali meloncat-loncat. Sementara,

seorang profesional pemikirannya cenderung yang lurus-lurus atau yang

aman-aman. Maka cukup riskan, bila dia lantas mencoba menjalankan

bisnisnya seorang diri alias one man show.

Kualitas manajemennya akan kurang baik. Maka, seorang entrepreneur dan

professional harus memiliki hubungan yang harmonis. Apalagi dalam waktu

dekat ini kita akan memasuki millenium ketiga yang kemungkinan besar

bisnis kita cenderung akan penuh dengan hyper-competition, suatu

persaingan yang sangat ketat. Maka, tanpa ada hubungan seperti itu di

lingkungan kerja atau perusahaan kita, maka tentu saja target bisnis kita

akan sulit tercapai.

Oleh karena itu, tak ada salahnya bila kita berani mencoba menerapkan

hubungan egaliter ketimbang hubungan yang terlalu mengedepankan jarak

atau gap antara pimpinan dan staf. Sebab, hubungan seperti ini akan

membuat suasana kerja menjadi tidak kondusif atau tidak enjoy. Kreativitas

juga bisa mandeg dan prestasi kerja pun akan menurun. Itu sebabnya,

mengapa hubungan egaliter itu perlu.

CARA GILA JADI PENGUSAHA

_________________________________________________________________

Purdi E. Chandra

57

Jadi Pemimpin atau Bawahan

Hanya dua pilihan bagi kita: menyerah saja jadi bawahan,

atau mau terus berusaha menjadi pemimpin.

Jika setiap saat kita selalu menanyakan “Apa hak-hak saya ?”, itu artinya kita

termasuk golongan bawahan. sedangkan, jika kita lebih suka bertanya “Apa

tanggung jawab saya ?”, itu berarti termasuk golongan pemimpin. Wajar

saja, mestinya memang demikian.

Selain itu, seorang bawahan biasanya orang yang bekerja lebih terdorong

oleh emosinya. Sementara, seorang pemimpin, bekerja atau berbisnis lebih

karena terdorong oleh karakternya.

Saya juga melihat, bahwa seorang bawahan itu akan merasakan senang,

baru kemudian dia melakukan pekerjaan atau tugasnya dengan benar. Itu

lain dengan pemimpin. Dia akan selalu berusaha melakukan segala

pekerjaannya dengan benar, kemudian dia kan merasa senang dengan

prestasi kerjanya itu.

Pendeknya, bawahan itu bekerja atau melaksanakan tugas karena terdorong

oleh kesenangan, dan bukan terdorong oleh komitmen seperti biasa

dilakukan oleh seorang pemimpin.

Perbedaan lain yang cukup menonjol antar keduanya, menurut pakar

leadership, Jhon C. Maxwell, yaitu seorang bawahan itu sukanya selalu

menunggu momentum, barulah dia mau bergerak. Sikapnya lebih

mengendalikan tindakan, dan berhenti ketika masalah timbul.

Sementara, kalau kita sebagai pemimpin, maka kita akan lebih cenderung

menciptakan momentum. Sedang, tindakannya lebih mengendalikan

sikapnya, dan seorang pemimpin justru akan meneruskan usahanya ketika

masalah timbul.

Memang benar seorang bawahan itu jika membuat keputusan selalu

berdasarkan popularitas. Berbeda dengan pemimpin yang setiap membuat

keputusan apapun, termasuk dalam bisnisnya, adalah lebih berdasarkan pada

prinsip dan bukan pada popularitas. Sehingga, tidak mengherankan kalau

seorang pemimpin itu tidak suka bersikap murung dalam menggeluti

bisnisnya. Sebaliknya, dia akan selalu mantap menekuni bisnisnya.

CARA GILA JADI PENGUSAHA

_________________________________________________________________

Purdi E. Chandra

58

Karena itu saya berpendapat, di saat sekarang ini kita lebih baik

menjadi ikan besar di kolam kecil daripada harus menjadi ikan kecil

di kolam besar. Artinya, kita lebih baik menjadi pemimpin,

walaupun bisnis kita kecil dan anak buah kita sedikit, daripada kita

harus ikut orang lain sekalipun bisnisnya sudah besar.

Memang, menjadi seorang pemimpin tidaklah mudah. Tapi yakin saja, sebab

kita masing-masing memiliki kapasitas kepemimpinan. Jika kita bekerja pada

perusahaan besar sebagai bawahan, tentu kita tidak bisa berbuat banyak,

atau tidak bisa mempengaruhi kebijakan perusahaan. Naiknya karier kita pun

jelas membutuhkan waktu yang lama.

Tapi lain halnya, kalau kita bekerja pada perusahaan yang masih kecil, maka

peluang untuk mengembangkan bisnis lebih besar. Sehingga, karier kita pun

akan cepat berkembang pula. Kita jadi punya andil untuk mengembangkan

usaha menjadi besar, dan akhirnya kita akan lebih cepat jadi pemimpin

perusahaan.

Kasus pemutusan hubungan kerja (PHK) tidak akan membuat kita berhenti

bekerja, kalau kita punya jiwa kepemimpinan. Tapi sebaliknya, kalau kita

terus menerus menjadi bawahan, akibatnya kita tidak punya keberanian jadi

pemimpin. Kita juga tidakakan memiliki keberanian untuk mencoba punya

bisnis sendiri.

Akhirnya sekarang, kita hanya mempunyai dua pilihan: kita menyerah saja

menjadi bawahan atau kita tetap berusaha untuk menjadi seorang pemimpin.

Manager Berjiwa Entrepreneur

Manager berjiwa entrepreneur bisa jadi akan menjadi

entrepreneur sejati

Memajukan perusahaan, saya kira, itu bukan hal yang mustahil. Asal kita

mau berusaha mewujudkan keinginan tersebut. Diantaranya, perusahaan

yang kita geluti sekarang ini harus diusahakan memiliki manager yang benar-

benar berjiwa entrepreneur.

Itu sangat penting. Sebab, jika tidak, akan berakibat pada perusahaan atau

bisnis kita sendiri, yakni akan berada pada posisi stabil atau status quo.

Kondisinya hanya begitu-begitu saja.

CARA GILA JADI PENGUSAHA

_________________________________________________________________

Purdi E. Chandra

59

Tapi lain halnya, kalau perusahaan kita itu memiliki manager yang berjiwa

entrepreneur, maka bisnis yang kita jalankan akan lebih berpeluang cepat

berkembang. Dan, kita juga akan lebih siap menghadapi persaingan bisnis

yang ketat di era globalisasi.

Selain itu, manager berjiwa entrepreneur akan membuat perusahaan kita

lebih kreatif dan inovatif. Sebab, bisnis yang sudah mencapai titik optimum

itu biasanya jika tidak disentuh dengan manajer berjiwa entrepreneur, akan

mengalami kondisi yang menurun.

Jika suatu perusahaan itu memiliki manager yang berjiwa entrepreneur, juga

akan selalu siap menghadapi setiap perubahan dalam bisnis. Dan, perubahan

tersebut bagi manager berjiwa entrepreneur, adalah bagian dari

pekerjaannya. Sedang, resiko yang timbul pun juga bagian dari

pekerjaannya.

Persis seperti yang dikatakan oleh William Ahmanson, bahwa dalam bisnis

itu, tidak ada jalan lurus yang dapat ditempuh dari satu tempat ke tempat

lain.

Maka, dalam konteks inilah, saya melihat, bahwa bisnis itu memang ada tiga

komponen, yakni meliputi:

1. Investor (orang yang mencari resiko),

2. Entrepreneur(orang yang mengambil resiko), dan

3. Manager (orang yang menghindar resiko).

Dan, dalam keadaan kondisi bisnis yang baik, jiwa entrepreneur menjadi hal

penting. Apalagi di saat kita harus menghadapi krisis ekonomi, tentu saja

akan lebih penting lagi.

Karena itu, kita bisa melihat, bagaimana orang-orang Barat yang bergerak di

dunia usaha juga terus melakukan pengembangan bentuk-bentuk intuisi,

yang saya tahu itu sangat banyak membantu dalam pengembangan

usahanya. Itu juga pertanda, bahwa dia memiliki jiwa entrepreneur.

Adapun ciri-ciri manager yang berjiwa entrepreneur memang tidak hanya itu.

Menurut J.A Schunpeter dalam bukunya “The Entrepreneur as Inovator”,

manager yang berjiwa entrepreneur juga merupakan sosok yang berambisi

tinggi di dalam mengembangkan bisnisnya, energik, percaya diri, kreatif, dan

inovatif, senang dan pandai bergaul, berpandangan ke depan, bersifat

fleksibel, berani terhadap resiko, senang mendiri dan bebas, banyak inisiatif CARA GILA JADI PENGUSAHA

_________________________________________________________________

Purdi E. Chandra

60

dan bertanggung jawab, optimistik, memandang kegagalan sebagai

pengalaman yang berharga (positif), selalu berorientasi pada keuntungan,

dan gemar berkompetisi.

Berbeda dengan manager yang tidak berjiwa entrepreneur. Maka, dia akan

cenderung berpikir sangat rasional, suka kemapanan, dan tidak

menginginkan adanya perubahan. Kerap kali terjadi seorang manager akan

mengalami kesulitan dalam mengikuti gaya berpikir seorang entrepreneur.

Dia juga akan kesulitan mengikuti setiap langkah-langkah bisnis

entrepreneur.

Hanya saja, seorang manager yang memiliki jiwa entrepreneur itu bisa jadi

akan menjadi entrepreneur sejati. Dan, sebaiknya manager perusahaan kita

yang berjiwa entrepreneur itu, kita beri lagi sebuah tantangan yang lebih

besar, misalnya mengelola unit usaha kita yang lain. Atau, bisa juga dia

keluar dari perusahaan kita. Lantas berbekal jiwa entrepreneur yang

dimilikinya, dia memberanikan diri mendirikan perusahaan sendiri. Itu lebih

baik. Sebab tindakanya akan membantu mencitakan lapangan kerja.

Entrepreneur-entrepreneur baru juga akan semakin sering bermunculan.

Memang, pada akhirnya bisa saja dia akan menjadi pesaing kita sendiri,

pesaing perusahaan kita, jika ternyata bisnis yang digelutinya sama dengan

kita. Anggap saja, itu sebagai “bumbu penyedap” dalam kita menggeluti

bisnis.

Banyak Melayani Banyak Rejeki

“Jika perusahaan ingin berkembang, maka pelayanan adalah

segala-galanya”.

Barangkali kita tahu, bahwa salah satu tugas seorang entrepreneur adalah

tugas kepemimpinan. Memang idealnya, entrepreneur adalah sekaligus

seorang pemimpin. Paradigma baru, pemimpin yang baik adalah pemimpin

yang mampu memberikan pelayanan pada orang yang dipimpinnya atau

bawahannya.

Maksud saya, entrepreneur sebagai pemimpin, juga sekaligus sebagai orang

yang mau melayani. Jangan sampai kemudian terbalik, bahwa pemimpin itu

justru minta dilayani.

CARA GILA JADI PENGUSAHA

_________________________________________________________________

Purdi E. Chandra

61

Dalam konteks inilah, barangkali kita perlu kembali menyadari, bahwa

sebagai entrepreneur, apalagi yang baru saja membuka bisnis, maka

sesungguhnya sangatlah perlu mengutamakan pelayanan. Misalnya,

bagaimana kita melayani komsumen. Bagaimana konsumen puas dengan

layanan kita. Dan, bagi kita yang memiliki perusahaan sudah relatif maju,

maka konsumen biasanya diberikan pelayanan oleh karyawan kita.

Sedangkan karyawan dilayani oleh manager-nya, dan para manager

semestinya dilayani oleh direksi. Sedangkan, direksi dilayani oleh pemilik

bisnis. Tentu kita akan bertanya, lantas siapa yang melayani si pemilik bisnis?

Jawabanya bisa sangat banyak. Tapi yang jelas, konsep melayani memang

mudah diucapkan, tapi sangat berat untuk dilaksanakan.

Sebagai entrepreneur yang sudah cukup lama menggeluti dunia bisnis, pasti

akan selalu berhubungan dengan banyak orang. Apalagi kita sebagai seorang

pemimpin perusahaan, tentunya melayani banyak orang adalah pekerjaan

yang harus dilakukan.

Melayani banyak orang artinya bisnis kita jalan. Melayani itu harus

mengalahkan diri kita dulu sebelum memberikan pelayanan kepada orang

lain. Melayani berarti tidak boleh pilih kasih. Pelayanan bisa berarti kita

melayani orang-orang di lingkungan bisnis kita. Dan, kita tak mungkin

bekerja tanpa harus saling melayani.

Melayani bawahan berarti memberikan perhatian pada bawahan kita.

Melayani manager berarti memberikan penghargaan pada mereka. Dan,

melayani konsumen adalah pekerjaan kita yang utama. Perusahaan yang

ingin berkembang, maka pelayanan adalah segala-galanya. Bisnis melayani

banyak orang akan mendatangkan banyak omset.

Menurut Robert T. Kiyosaki, dalam bukunya yang ke-4 berjudul “Rich Kid,

Smart Kid”. Dalam buku tersebut dikatakan, bahwa jika kita membangun

sebuah bisnis yang melayani ribuan orang, sebagai timbal balik dari bisnis

kita, maka kita akan menjadi jutawan. Nah, kalau kita bisa melayani jutaan

orang, maka kita pun juga akan menjadi milyarder.

Oleh karena itulah, kita sebagai entrepreneur harus selalu siap melayani

banyak orang, dan jangan alergi melakukannya. Percayalah, dengan kita

semakin melayani banyak orang, maka rejeki yang datang pun akan semakin

banyak pula.

CARA GILA JADI PENGUSAHA

_________________________________________________________________

Purdi E. Chandra

62

Banyak Sumber Penghasilan

“Sebagai entrepreneur, kita sebaiknya tidak hanya memiliki

satu sumber penghasilan”.

Bisnis, biasanya dimulai dengan coba-coba, kadang malah asal-asalan.

Dimulai dengan modal seadanya, tempat seadanya, dengan orang yang

sama-sama belajar dari nol. Memulai yang serba kekurangan inilah yang akan

membuat kita semakin cerdas dalam berbisnis. Proses bisnis ini akan

memberikan pengalaman bisnis yang semakin hari mencerdaskan kita.

Belajar dari pengalaman bisnis setiap hari dan kebutuhan akan kemajuan

bisnis kita, mulailah kita memberikan sentuhan manajemen, walaupun itu

masih sangat sederhana. Sudah ada bagi-bagi pekerjaan atau bagi-bagi

fungsi. Ada yang pegang keuangan, ada yang sudah mulai jadi bagian

pemasaran. Ada yang bagian produksi, ada juga yang ngurusi karyawan.

Malah terkadang ada beberapa pekerjaan masih dirangkap satu orang. Ini

adalah proses menuju bisnis yang sesungguhnya. Artinya, bisnis yang

memiliki sistem yang baik. Dengan sudah adanya sistem, kita sebagai

pengusaha memiliki banyak waktu luang. Karena, sistem sudah berjalan

dengan baik. Ketika sebelum ada sistem, pengusaha cenderung mengelola

perusahaan dengan full time. Kini, setelah ada sistem, cukup dengan part

time.

Karena itu, jika perusahaan kita sudah memiliki sistem yang baik, dan bisnis

kita relatif berkembang, maka kesempatan kita untuk mengembangkan bisnis

sangat terbuka luas, termasuk membuka bisnis baru. Berdasarkan

pengalaman, lebih mudah membangun bisnis yang ke-2, ke-3, dan

seterusnya, dari pada ketika memulai bisnis yang pertama. Karena, di saat

memulai bisnis yang pertama kita belum punya apaapa.

Sementara, membangun bisnis yang ke - 2, ke - 3, dan seterusnya lebih

mudah karena bisnis kita yang pertama sudah memiliki sistem yang baik.

Sehingga perlu dipertimbangkan matang-matang jika kita ingin mencoba

membangun bisnis yang ke-2, seharusnya bisnis kita yang pertama sudah

mempunyai sistem yang baik. CARA GILA JADI PENGUSAHA

_________________________________________________________________

Purdi E. Chandra

63

Tidak ada komentar:

Posting Komentar